Pelan kualirkan..
bertelaga air nan tenang..
“Selalu saja.."
tiap kali..
kubayangi satu-persatu wajahmu hai kawan..
ada malu.. beradu kerinduan mendalam dalam dada..
pelangi imanmu wahai fulan wa fulanah..
bagiku sunguh.. kekaguman tiada berbilang..
Membubung anganku kerap melayang..
sejak kutundukkan wajah dhoif darimu kawan..
Dan mata Ramadhan tersingkap pudarkan surga dalam pandangan..
buatku merindu.. merindu dendam pada jalinan ketaqwaan.. bersamamu..
Kawan biar kupikirkan sejenak, bagaimana caraku mengingati..
Dulu.. Hal terakhir saat kusebut namamu dalam balutan doa..
Terta'lif jiwa dalam rabithah cinta..
Kuingati, kumiliki dirimu..
Didalam catatan berdebu dan kini menjadi usang..
Sudut hati yang menggumam penuh kecemasan.. ikhwatifillah..
Aku jatuh cinta..
Atas waktu kita kawan.. dan atas cerita ini..
Panjang waktu yang berlalu..
Namun tak banyak beban da’wahmu kuringankan.. maaf, tak banyak melapangkan hatimu..
Banyak ujian dan aku selalu yang terakhir menyemangatimu..
Binar dan engkau tegak tetap bertahan..
Bagai karang menantang bahar..
Sadariku terlewat hanya seonggok daging dengan batas jiwa diambang lelah..
Terlalu sering mengukir kesah di langit-NYA.. di rindang nyiur-NYA..
Diriku, yang selalu menampakkan gurat lelah padamu yang bercerah dalam da'wah..
Namun, ghirohmu kawan tiada urung terpasung dan berderap, bergegap menantang zaman!!
Kini, ku mohonkan ikhlas atas khilaf dan terimalah..
Qulb yang tlah menjadi kerak.. berserak..
Berdalih pada cinta yang dulu menghujam penuh kelemahan..
Hingga sempat lupakanmu yaa ayyuhal ikhwah.. mohonku.. ikhlaskanlah kealpaan yang ada..
Sebuah kata tergantung di pucuk senja.. Hendaya kugenggam, kutitikkan kesabaran dalam gebu menyejukkan..
Tak mampu menulis apalagi mengucap kata..
Hanya terdiam ingati buah ukhuwahmu yang manis menyapa..
Restui aku..
Yang tercampur dera di pojok brankar.. hanya mampu memendam dalam dan berucap, "Ya Rabbana, izzati wa malikil qulb"
Hanya surat ini Yaa Rabb.. kuingini-MU..
Ridhoiku.. dalam lelehan yang tenangkanku..
Ku mencintai-MU.. Tangis yang memenangkan bathinku, memantapkan azzamku..
Bertirai himmah seorang pejuang yang tak amanah sepertiku.. Yaa Rabb...
Ku menunggu..
Dari sini kupintal basmalah penuh kesungguhan..
Di pojok pulau tempatku berda’wah..
Tungguiku! inginku mengejar-MU.. kembali menuju sahabat da'wahku..
"Ikhwah, bagaimana kukatakan 'maaf' bila seorang dhoif sepertiku melakukannya?"
“Ikhwah..” ajarkanku lagi..
ajarkan.. cara bagaimanaku mencintaimu dengan ikhlas"
Mencintaimu, penuhi cintaku pada-NYA..
Hanya pada-NYA dan kuakui..
ku tak lebih dari lelaki biasa..
yang dipenuhi CITA..
Denpasar, 22 Agustus 2011
pukul 23.01 WITAdibuat di kos penuh cinta.
bertelaga air nan tenang..
“Selalu saja.."
tiap kali..
kubayangi satu-persatu wajahmu hai kawan..
ada malu.. beradu kerinduan mendalam dalam dada..
pelangi imanmu wahai fulan wa fulanah..
bagiku sunguh.. kekaguman tiada berbilang..
Membubung anganku kerap melayang..
sejak kutundukkan wajah dhoif darimu kawan..
Dan mata Ramadhan tersingkap pudarkan surga dalam pandangan..
buatku merindu.. merindu dendam pada jalinan ketaqwaan.. bersamamu..
Kawan biar kupikirkan sejenak, bagaimana caraku mengingati..
Dulu.. Hal terakhir saat kusebut namamu dalam balutan doa..
Terta'lif jiwa dalam rabithah cinta..
Kuingati, kumiliki dirimu..
Didalam catatan berdebu dan kini menjadi usang..
Sudut hati yang menggumam penuh kecemasan.. ikhwatifillah..
Aku jatuh cinta..
Atas waktu kita kawan.. dan atas cerita ini..
Panjang waktu yang berlalu..
Namun tak banyak beban da’wahmu kuringankan.. maaf, tak banyak melapangkan hatimu..
Banyak ujian dan aku selalu yang terakhir menyemangatimu..
Binar dan engkau tegak tetap bertahan..
Bagai karang menantang bahar..
Sadariku terlewat hanya seonggok daging dengan batas jiwa diambang lelah..
Terlalu sering mengukir kesah di langit-NYA.. di rindang nyiur-NYA..
Diriku, yang selalu menampakkan gurat lelah padamu yang bercerah dalam da'wah..
Namun, ghirohmu kawan tiada urung terpasung dan berderap, bergegap menantang zaman!!
Kini, ku mohonkan ikhlas atas khilaf dan terimalah..
Qulb yang tlah menjadi kerak.. berserak..
Berdalih pada cinta yang dulu menghujam penuh kelemahan..
Hingga sempat lupakanmu yaa ayyuhal ikhwah.. mohonku.. ikhlaskanlah kealpaan yang ada..
Sebuah kata tergantung di pucuk senja.. Hendaya kugenggam, kutitikkan kesabaran dalam gebu menyejukkan..
Tak mampu menulis apalagi mengucap kata..
Hanya terdiam ingati buah ukhuwahmu yang manis menyapa..
Restui aku..
Yang tercampur dera di pojok brankar.. hanya mampu memendam dalam dan berucap, "Ya Rabbana, izzati wa malikil qulb"
Hanya surat ini Yaa Rabb.. kuingini-MU..
Ridhoiku.. dalam lelehan yang tenangkanku..
Ku mencintai-MU.. Tangis yang memenangkan bathinku, memantapkan azzamku..
Bertirai himmah seorang pejuang yang tak amanah sepertiku.. Yaa Rabb...
Ku menunggu..
Dari sini kupintal basmalah penuh kesungguhan..
Di pojok pulau tempatku berda’wah..
Tungguiku! inginku mengejar-MU.. kembali menuju sahabat da'wahku..
"Ikhwah, bagaimana kukatakan 'maaf' bila seorang dhoif sepertiku melakukannya?"
“Ikhwah..” ajarkanku lagi..
ajarkan.. cara bagaimanaku mencintaimu dengan ikhlas"
Mencintaimu, penuhi cintaku pada-NYA..
Hanya pada-NYA dan kuakui..
ku tak lebih dari lelaki biasa..
yang dipenuhi CITA..
Denpasar, 22 Agustus 2011
pukul 23.01 WITAdibuat di kos penuh cinta.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Sebuah Kata 'Maaf'?. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://theherijournals.blogspot.com/2013/07/sebuah-kata-maaf.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - 7/25/2013
Belum ada komentar untuk "Sebuah Kata 'Maaf'?"
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini :)