Oleh: Heri Wahyudi, S.Ked., dr.*
Ialah seorang laki-laki di ujung sakaratul maut. Kala hembusan nafas terakhirnya tercederai oleh penduaan makna Illah yang seharusnya. Abu Thalib. “Katakan bahwa Allah adalah Tuhanmu! katakan!”, pinta Rasulullah. Namun usahanya berbuah durjana perbuatan dua ‘manusia’ yang dikenal dengan Abu Jahal dan Abu Lahab. Mereka mengancam dengan wajah seram disisi kiri dan atas Abu Thalib hingga menyisakan pahit perjuangan mati-matian membela dakwah Rasulullah dengan kalimat, “Aku tetap pada agama Abdul Muthalib”, lirih Abu Thalib hingga akhir kematiannya.
Kebenaran adalah cita tergapai yang terjanjikan atas peniscayaan Allah SWT. Perjuangan Rasulullah menyelamatkan aqidah pamannya Abu Thalib bukan semata-mata hajat kebenaran didunia, namun peniscayaan persaksian atas Allah hingga yaumil qiyamah atau lebih patut dikatakan hingga akhirat. Sehingga kebenaran yang didakwahkan Rasulullah mutlak! Sepanjang hayat usia dakwahnya, bahkan hingga akhir usia yang didakwahinya, atau boleh kita aklamasi adalah lebih panjang dari usia Rasulullah sendiri.
Dakwah kebenaran yang diemban Rasulullah adalah tugas mulya. Pondasinya adalah taddhiyah (pengorbanan) yang alfa dari niat-niat mengambil manfaat dari objek yang didakwahinya. Pemuda intan penerang zaman. Pemuda yang dikenal sebab kepercayaan. Pemuda intelek yang meniupkan badai di tengah kekufuran ummat manusia kalanya.
Amanah dakwah ini berat. Sebabnya tak mungkin ia dipikul oleh anak-anak atau orang tua. Sebab keterbatasan dan uzur yang menghalanginya. Sebabnya amanah ini pun menjadi sangat sesuai dengan karakteristik pemuda; yang idealis dan penuh semangat. Salah satu klaster pemuda itu ialah mahasiswa. Mahasiswa dicitrakan dalam basis komunikasi di masyarakat sebagai pemuda dengan netralitas terhadap kepentingan golongan/pribadi. Lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat sebab intelektualitas dan semangat kebangsaannya yang dimilikinya. Sehingga kecerdasan dan kepiawaian mahasiswa menjadi kunci kemenangan dalam setiap peperangan. Dalam setiap revolusi, mahasiswa adalah panji-panji pengibar dalam skala besar gerakannya.
Kampus sendiri tlah menjadi institusi pendidikan dan lahan subur penyebaran dakwah. Dimana ruh kebanggaannya adalah mahasiswa. Pemanfaatan kampus sebagai basis perlawanan kediktatoran pun telah lama diberdayakan. Sehingga dengan pengaryaan mahasiswa telah menjadi pintu kemenangan dakwah selangkah maju yang niscaya untuk dinyatakan. Krisis akhlak, konflik sosial, ketidaktegasan penegakan hukum, KKN, masalah kepemimpinan, konflik kekuasaan, pengabaian rakyat, penyalahgunaan kekuasaan, dampak negatif globalisasi dan kurangnya pemahaman kebangsaan (MPR RI, 2012). Tantangan-tantangan itu menjadi fokus pikir bersama dan menjadi tugas mulya mahasiswa sebagai prolemsolver terbaiknya.
Akhirnya, kenyataan historislah yang mampu memperlihatkan peran mahasiswa dalam penyelamatan bangsa dan negara. Penurunan rezim 1998 oleh mahasiswa tlah menjadi akar yang menancap kuat, betapa nyatanya keberpihakan dan kecerdasan mahasiswa dalam membela kepentingan rakyat. Karena sejarah menarik untuk ditelusuri likaliku jejaknya, namun yang lebih penting adalah menguak makna dibaliknya (Sudewo, 2011).
Dakwah kampus adalah ladang. Mahasiswa pengaryanya. Betapa besar potensi mahasiswa sebagai aktivis cerdas-paripurna. Agent of Change. Dalam proyek dakwah ini dibutuhkan minimal 3 bentuk kekuatan jiwa yang pernah disampaikan Imam Syahid Hasan Al-Banna, yaitu: 1) Tekad yang membaja, 2) Kesetiaan yang teguh, dan 3) Pengorbanan yang besar. Kesemuanya merupakan cermin kekhasan mahasiswa.
Kebenaran ini mutlak. Tak akan rugi memperjuangkannya. Membadailah! Hanya para mahasiswa - intan penerang zaman yang kufu dalam mengemban tugas mulya ini selanjutnya. Hingga dapat disimpulkan, membentuk masa depan di pundak para mahasiswa adalah langkah strategis menjemput kemenangan. “Karena kita para pemuda, adalah pencipta keajaiban.”, pekik Anis Matta.
Kamar kos, 31 Mei 2013Penulis adalah Ketua BSMI Kota Denpasar, Kadept Humas dan Kebijakan Publik KAMMI Daerah Bali dan ex. Ketua DPO FULDFK Indonesia
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Badai Mahasiswa; “Menggagas Sebuah Retorika Kemenangan”. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://theherijournals.blogspot.com/2013/07/badai-mahasiswa-menggagas-sebuah.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - 7/02/2013
Belum ada komentar untuk "Badai Mahasiswa; “Menggagas Sebuah Retorika Kemenangan”"
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini :)