PENDAHULUAN
Mioma uteri, sering disebut dengan istilah
fibromioma uteri, leiomioma uteri merupakan neoplasma jinak yang terdiri dari
otot polos uterus, yang diselingi untaian jaringan ikat, dan dikelilingi kapsul
yang tipis.1,2 Tumor ini berasal dari setiap bagian duktus Muller,
tetapi paling sering terjadi pada miometrium.1 Tumor ini ditentukan
pada 20-25 % wanita dalam masa reproduksi.
Etiologi tumor ini belum diketahui
secara jelas, namun kemungkinan berhubungan dengan faktor hormon estrogen, sehingga
lebih sering mengenai wanita usia reproduksi. Mioma tidak terdeteksi sebelum
pubertas dan berespon terhadap hormon, umumnya tumbuh hanya selama usia
reproduksi. Walaupun tumor ini dapat tumbuh terisolasi, tapi pada umumnya
mereka terdapat secara multipel, dengan berbagai variasi ukuran serta dapat
mencapai berat lebih dari 45 kg.1
Permasalahan
yang muncul pada mioma uteri adalah bahwa angka insiden mioma cukup tinggi
namun jarang diketahui, mengenai lebih dari 20% wanita usia reproduktif.
Sebagian besar mioma berukuran kecil sehingga tidak menimbulkan gejala dan
diketahui secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan pelvis rutin atau
pencitraan pelvis. Saat mioma membesar, ia bisa menimbulkan efek berupa massa menimbulkan rasa
penekanan pada pelvis atau nyeri atau distorsi dinding uterus atau kavitas
endometrium yang bisa menyebabkan perdarahan abmormal. Pada sat itu mioma bisa
menimbulkan masalah lain seperti prolaps melalui serviks atau menimbulkan pemikiran mengenai adanya massa pada ovarium. Mioma bisa juga menimbulkan
permasalahan pada kehamilan dan pada beberapa pasien berhubungan dengan
infertilitas.3
Frekuensi mioma uteri kurang lebih 10%
dari jumlah seluruh penyakit pada alat-alat genital wanita. Walaupun demikian,
angka kejadian tumor ini sukar ditentukan secara tepat, oleh karena itu tidak
semua penderita dengan mioma uteri memiliki keluhan.3,4 Tumor ini
tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan
dekade keempat. Insiden mioma uteri ini puncaknya terjadi pada usia sekitar
empat puluh lima tahun, dimana terjadi 8 kasus per 1000 wanita setiap tahunnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri atau disebut juga uterine fibroids atau leiomyomas merupakan tumor jinak (non-cancerous) jaringan otot yang
berasal dari sel otot polos di dalam miometrium atau dinding uterus.3 Mioma bisa membesar atau meluas
ke uterus dan kadang-kadang sampai ke cervix. Mioma dapat bersifat soliter
namun seringkali muncul sebagai tumor multipel.3,4
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan mioma uteri terjadi pada
satu dari empat wanita Amerika. Mioma uteri biasanya didapatkan pada usia
reproduktif dan mengecil setelah menopause.3 Menurut Wallach, 2004,
mioma uteri mengenai 20-40% wanita usia reproduktif. Suatu hasil penelitian
dengan ultrasound menunjukkan adanya paling sedikit 1 mioma kecil pada 51%
wanita. Mioma tumbuh di bawah pengaruh
estrogen sehingga insidennya menurun pada wanita setelah menopause.4
Pada tahun 2001, Schwartz melakukan penelitian mengenai mioma, hasilnya menunjukkan bahwa Wanita Afrika Amerika
memiliki kemungkinan mengalami mioma uteri tiga hingga empat kali lebih tingi
daripada wanita ras kaukasia, mioma meningkat seiring dengan umur, menurun pada
wanita yang melahirkan anak yang hidup, meningkat sebanding dengan body mass
index, menurun pada wanita perokok, meningkat pada wanita yang banyak memakan
daging mentah dan ham, menurun pada wanita dengan diet tinggi sayuran hijau.4
2.3 Etiologi
Mioma muncul bila sel otot dalam
uterus berkembang secara pesat membentuk suatu tumor. Penyebab pasti mioma
belum diketahui secara jelas, namun terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
mereka membutuhkan estrogen untuk berkembang. Mioma dapat tumbuh selama
kehamilan yakni suatu keadaan dimana terdapat jumlah estrogen yang tinggi.
Setelah menopause di mana estrogen menurun, mioma jarang berkembang dan
kadang-kadang menyusut. Pada keadaan ini, pengobatan jarang diperlukan.
Pertumbuhan dan perkembangan mioma juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti
progesteron. Sepertinya mioma juga terkait dengan faktor genetik. Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa nutrisi dan gaya hidup berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan mioma.3 Sekitar 40-50% mioma memiliki karyotipik abnormalitas
melibatkan kromosom 6, 7, 12, dan 14. Di dalam mioma itu sendiri terdapat identik
dan monoklonal. Pada pasien dengan myoma multipel ditemukan kariotipe yang
berbeda, hal ini menunjukkan bahwa setiap mioma muncul secara individual.4
2.4 Patofisiologi
Walaupun mioma sering terjadi, hanya
sedikit yang memperlihatkan manifestasi gejala. Gejala yang timbul tergantung
dari ukuran, jumlah, dan lokasi mioma.
Secara umum, pertumbuhan mioma
merupakan hasil dari stimulasi estrogen yang ada sampai menopause. Sejalan
dengan waktu, mioma yang asimtomatis dapat menjadi simtomatis.
Dilihat dari mekanisme
etiologinya, terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma
ini, antara lain progesteron, estrogen, dan Peptide
Growth Factor (PGF). Progesteron dapat meningkatkan aktivitas mitosis dari
mioma, namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat belum jelas, selain
itu progesteron juga menyebabkan pembesaran tumor dengan jalan menstimulasi
produksi apoptosis-inhibiting protein yang berakibat pada penurunan
apoptosis dari tumor. Sedangkan estrogen berpengaruh terhadap pembesaran tumor
dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler, dimana mioma mengandung
reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada miometrium
sekitarnya, namun lebih rendah dibandingkan endometrium.1,2,3
Bukti-bukti yang menunjukkan peranan estrogen sebagai promotor pertumbuhan
mioma antara lain :1
-
Mioma
jarang ditemukan sebelum pubertas dan berhenti pertumbuhannya setelah menopause
-
Mioma yang
baru jarang muncul setelah menopause
-
Sering terdapat pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan
-
GnRH agonis menyebabkan lingkungan yang hipoestrogenik yang berakibat pada
reduksi tumor maupun ukuran uterus
Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya
keterlibatan PGF (yakni Epidermal Growth
Factor/EGF, insulin-like growth factor,
platelet-derived growth factor) dalam regulasi pertumbuhan mioma, dimana
EGF merangsang sintesis DNA pada mioma dan sel miometrium, sedang estrogen
memacu efek tersebut melalui EGF. Selain faktor-faktor hormonal tersebut,
terdapat juga faktor lokal yang mempengaruhi variasi besar tumor dan tingkat
pertumbuhannya, antara lain suplai darah, kedekatannya dengan tumor lain, dan
perubahan degeneratif.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan
lokasinya pada uterus, mioma dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni :1,6,7
·
Mioma intramural/interstisial : merupakan bentuk yang paling umum/sering
terjadi. Mioma ini terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium,
berbentuk nodul berkapsul yang terisolasi dalam berbagai ukuran. Tumor ini
dapat menimbulkan distorsi dari ruang uterus atau permukaan luar uterus, dimana
jika tumor ini muncul single/tunggal dapat menyebabkan pembesaran uterus yang
simetris.
·
Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan tumbuh menonjol ke dalam
rongga uterus, serta mengadakan perlekatan dengan uterus melalui pedicle/tangkai dan dapat tumbuh menjadi
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myoma geburt). Tumor ini sering dihubungkan dengan abnormalitas
dari susunan endometrium dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
·
Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum ini dapat tumbuh
di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma
subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic myoma
2.6 Gejala Klinis
Gejala klinis mioma uteri berhubungan
dengan ukuran dan lokasi. Banyak wanita dengan mioma tidak menunjukkan gejala klinis. Sekitar sepertiga pasien wanita
mengalami perdarahan uterus abnormal, nyeri, atau merasa adanya penekanan pada
bagian bawah abdomen. Beberapa wanita mendapatkan perutnya membesar seperti saat
hamil.
- Perdarahan uterus abnormal
Perdarahan uterus abnormal
merupakan gejala yang paling umum terjadi dan seringkali menjadi alasan untuk
mencari pengobatan. Mioma intramural dan submukosa bisa membesar dalam kavitas
uterus, mengakibatkan permukaan uterus yang lebih luas saat terjadinya
perdarahan menstruasi. Tekanan dari mioma submukosa dalam endometrium bisa
menyebabkan perdarahan berlebihan.3 Perdarahan ini awalnya
berlangsung perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dan secara bertahap
memburuk sesuai dengan konsekuensi
pembesaran mioma.4 Karena perdarahan abnormal ini bisa disebabkan
oleh sebab-sebab yang lain seperti kanker endometrium dan permasalahan
hormonal, sangat penting bagi wanita dengan mioma yang mengalami perdarahan
abnormal untuk mengevaluasi kemunkinan penyebab perdarahan lain.3
- Nyeri
Pembesaran mioma yang sangat
cepat bisa meningkatkan suplai darah dan degenerasi, mengakibatkan rasa nyeri
dan kram. Hal ini paling banyak terjadi selama kehamilan. Mioma yang meleat ke
uterus oleh suatu tangkai bisa mengalami pemuntiran dan menyebabkan nyeri yang
amat sangat. Mioma yang besar dan padat dalam uterus bisa menyebabkan
ketidaknyamanan saat berhubungan seksual. Wanita dengan mioma juga bisa
mengalami nyeri kram saat menstruasi.3
- Adanya rasa penekanan pada pelvis3,4
Beberapa pasien merasakan
adanya penekanan pada yang meningkat pada pelvis, nyeri pada pelvis, atau nyeri
pada punggung bagian bawah. Hal ini bisa saja disebabkan oleh hal lain, namun jika
pada orang yang sama ditemukan adanya uterus yang membesar sesuai dengan masa
kehamilan lebih dari 14-15 minggu, mioma patut dipertimbangkan. Beberapa mioma
uteri bisa membesar keluar pelvis dan masuk ke dalam abdomen di mana pada
keadaan ini pembesaran tersebut bisa diraba oleh pasien.4
Mioma yang besar bisa menekan organ pelvis di
sekitarnya.3 Jika mioma menekan vesika urinaria yang teletak di
depan uterus secara berlebihan bisa mempengaruhi frekuensi dan urgensi
berkemih. Penekanan pada ureter yang mengalirkan urine dari ginjal ke vesika urinaria
bisa mengakibatkan kerusakan ginjal jika mioma tidak diangkat. Mioma pada
bagian bawah uterus bisa mengakibatkan penekanan pada usus besar dan rektum
yang bisa menmbulkan nyeri saat terjadi perferakan usus besar , konstipasi,
atau hemoroid.3
2.7. Mioma Uteri dan Kehamilan
Mioma uteri dapat menurunkan fertilitas, namun ada juga
kasus mioma uteri disertai dengan kehamilan dan diikuti dengan persalinan yang
normal. Sehingga bila tidak ada sebab-sebab infertilitas lainnya, dapat
dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan terjadinya kehamilan. Angka
kehamilan post miomektomi sebesar 25-40%.
2.7.1 Pengaruh
mioma uteri pada kehamilan
Pengaruh mioma uteri
terhadap kehamilan adalah dapat menyebabkan infertilitas, meningkatkan risiko
terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus khususnya pada mioma uteri
submukosum, menyebabkan kelainan letak janin dan persalinan prematur.
Saat proses persalinan mioma uteri
dapat menghalangi kemajuan persalinan terutama yang letaknya pada serviks uteri
dan menyebabkan terganggunya kontraksi rahim sehingga menyebabkan inersia uteri
sekunder. Pada obstruksi jalan lahir oleh mioma uteri yang disertai kontraksi
uterus yang kuat dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri. Penekanan akibat
penurunan kepala janin dapat menimbulkan trauma pada mioma.
Pasca persalinan mioma uteri dapat
mengganggu kontraksi uterus sehingga
menimbulkan atonia uteri yang menyebabkan terjadinya perdarahan pasca
persalinan Karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium, plasenta
menjadi sukar lepas dari dasarnya. Pada masa nifas mioma uteri dapat menggangu proses involusi.
2.7.2 Pengaruh kehamilan pada mioma uteri
Tumor membesar terutama pada
bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Dapat
terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun pada masa nifas, yang kadang
memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Keluhan dan gejala
degenerasi merah adalah nyeri setempat dengan nyeri tekan saat dilakukan
palpasi serta kadang terjadi panas yang tidak begitu tinggi. Leukositosis
sedang sering ditemukan. Adakalanya peritoneum parietalis yang membungkus mioma
uteri yang infark mengalami inflamasi dan timbul suara gesekan peritoneum.
Degenerasi merah kadang sukar dibedakan dengan apendisitis, solusio plasenta,
ureterolitiasis atau dengan pielonefritis. Tindakan pada keadaaan ini terdiri
dari pemberian preparat analgesik seperti kodein. Yang paling sering terjadi,
keluhan dan gejala tersebut mereda dalam waktu beberapa hari. Meskipun jarang
mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom abdomen akut.
Mioma uteri
dapat terinfeksi ketika terjadi metritis puerperium atau abortus septik, dan
kemungkinan infeksi ini lebih besar lagi bila letak mioma uteri di dekat tempat
implantasi plasenta atau jika suatu instrumen seperti alat kuret menembus mioma
uteri ini. Apabila mioma uteri tersebut mengalami infark, risiko terjadinya
infeksi akan meningkat dan kemungkinan kesembuhan infeksi berkurang kecuali
bila segera dilakukan histerektomi.
2.8 Diagnosis
Diagnosis mioma uteri dapat
ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang.
2.8.1 Anamnesis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta
gejala-gejala mioma uteri lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi
yang terjadi pada penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa
berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah.
2.8.2 Pemeriksaan Fisik
95% diagnosis mioma uteri bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, diantaranya
meliputi pemeriksaan :
§ Pemeriksaan Abdominal
Mioma uteri
dipalpasi sebagai tumor yang ireguler, noduler, menonjol ke dinding anterior
abdomen, dan biasanya padat serta kencang saat dipalpasi; apabila ada edema
akan terasa lembek, begitu juga bila ada sarkoma, kehamilan, atau perubahan
degeneratif.
§ Pemeriksaan Pelvik1
Temuan yang
paling sering adalah pembesaran uterus; ukuran uterus biasanya asimetris dan
ireguler. Uterus biasanya bergerak bebas kecuali bila ada residu PID. Pada
mioma submukosum, pembesaran uterus biasanya simetris. Beberapa mioma
subserosum, sangat berbeda dari korpus uteri dan dapat bergerak bebas, biasanya
sering menunjukkan adanya tumor adneksa/ekstra pelvis. Diagnosa mioma cervical
atau mioma submukosum pedunculated
dapat dibuat pada tumor yang ekstensi ke kanalis cervicalis; biasanya suatu
mioma submukosum dapat dilihat pada cervical
os atau introitus.
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang
Prosedur
diagnostik lainnya bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan, lokasi, dan
ukuran mioma dan untuk mengetahui kondisi lainnya seperti tumor ovarium atau
massa pada usus besar.3
Pemeriksaan Laboratorium
Akibat yang sering terjadi pada mioma
uteri adalah anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan
kekurangan zat besi. Namun, pada kebanyakan pasien akan terjadi mekanisme
eritrositosis. Pada kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau
infeksi akan ditemukan leukositosis
Imaging
1. Ultrasound
Ultrasonik memanfaatkan ekho
dari sumber suara berfrekuansi tinggi untuk memberikan gambaran organ pelvis. Karena
mioma sangat bervariasi dalam ukuran dan lokasi, penggunaan ultrasonik
transabdominal dan transvaginal dapat bermanfaat untuk mendapatkan visualisasi
optimal mioma.3
2. Sonohisterografi
Sonohisterografi adalah suatu
prosedur ultrasonik di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah kecil cairan.
Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang plastik kecil. Pasien
bisa merasakan rasa kram yang ringan. Sonohisterografi meningkatakan kemampuan
pemeriksa untuk mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri atau
menekan kavum uuteri.3
3. Histerosalfingografi
Histerosalfonmgografi (HSG)
merupakan suatu prosedur yang menghasilakan gambaran foto rontgen bagian dalam
lavitas uterus dan untuk mengethui keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan yang
mengandung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus dan tuba falopi,
hasil foto rontgen didapatkan. Uterus bisa mengalami kram3
4. Computed Tomography
Coputed Tomography (CT)
merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan komputer untuk menghasilkan
gambaran struktur tubuh seperti uterus. Walaupun jarang dibutuhkan, hasil
gambaran CT dapat memperlihatkan adanya mioma.3
5. Magnetic Resonance Imaging
Magnetic Resonance Imaging
(MRI) menghasilkan gambaran dengan menyerap energi dari suatu gelombang radio
berfrekuensi tinggi yang menunjukkan adanya mioma. MRI tidaklah diperlukan
secara rutin namun bisa mengklarifikasi diagnosis dalam beberapa keadaan.
6. Diagnostid histeroskopi.
Cara ini berguna untuk mengetahiu
mioma submukosa. Prosedur ini melibatkan insersi sebuah instrumen menyerupai
teleskop yang disebut hysteroscope
melaui vagina dan cervix ke dalam kavitas uterus untuk melihat abnormalitas
dalam kavitas uterus.
2.9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding mioma uteri adalah :
·
Tumor solid ovarium
·
Adenomiosis
·
Kehamilan
·
Miosarkoma, koriokarsinoma
·
Tumor abdomen
·
Inversio uteri.
2.10. Penatalaksanaan
- Pengawasan periodik
Mioma biasanya tidak
membutuhkan pengobatan. Pengawasan periodik secara umum diperlukan untuk
mengetahui bila mioma mengalami perubahan ukuran atau jika pasien mengalami
gejala-gejala yang membutuhkan pengobatan. Pengawasan periodik penting bila
pasien masih merencanakan untuk hamil.
- Pengobatan medis
Analog GnRH merupakan obat
yang diberikan secara injeksi atau spray melalui hidung untuk mengurangi ukuran
mioma secara temporer dengan menurunkan produksi estrogen ovarium. Jika terapi
tidak dilanjutkan, mioma dapat kembali ke
ukuran awal dalam tiga hingga enam bulan. Analog
GnRH memproduksi efek seperti menopause seperti sensasi panas, kekeringan pada
vagina, perubahan suasana hati, dan kadang-kadang kerapuhan tulang. Medikasi
ini tidak bisa digunakan dalam periode waktu yang panjang atau bila tidak suatu
tindakan pencegahan kerapuhan tulang harus dilakukan. Pada wanita yang
mengalami perdarahan berlebihan dan menjadi anemis., analog GnRH dapat
menurunkan perdarahan per vaginam. Medikasi ini dikombinasikan dengan suplemen
besi bisa memperbaiki anemia menjelang dilakukan operasi.
Terapi hormonal seperti pil KB
dan progestin bisa digunakan untuk membantu mengontrol perdarahan abnormal
karena mioma namun tidak mempengaruhi ukuran mioma. Pendekatan alternatif
seperti herbal dan terapi homeopatik tidak menunjukkan dapat memperbaiki
keluhan karena mioma. Walaupun pemberian preparat besi bisa memperbaiki anemia,
modifikasi nutrisi tidak menunjukkan adanya manfaat.
- Penatalaksanaan Bedah
Terdapat beberapa metode operasi
yang dapat menjadi pilihan pasien. Jika
pasien mengalami infertiiltas, pembedahan untuk mengangkat mioma diperlukan setelah
kemungkinan penyebab infertilitas lainnya dievaluasi.3
- Miomektomi3,4
Mioma yang
menimbulkan gejala klinis memerlukan tindakan operatif. Pengangkatan mioma yang
tidak melibatkan seluruh uterus disebut miomektomi. Miomektomi biasanya
dikerjakan pada wanita yang masih merencanakan kehamilan atau menghindari
histerektomi. Saat ini terdapat beberapa pilihan yang tersedia mengenai
miomektomi. Pada kebanyakan kasus, ukuran dan lokasi mioma menentukan teknik tindakan bedah yang akan
digunakan. Beberapa mioma bisa diambil dengan
hysteroscopy atau prosedur laparoskopi. Namun untuk mioma yang besar, multipel,
dan sulit dijangkau biasanya membutuhkan laparotomi. Angka keberhasilan
konsepsi setelah miomektomi cukup bagus namun tergantung dari beberapa faktor
seperti umur wanita, riwayat kehamilan sebelumnya, siklus menstruasi, kondisi
tuba falopii, dan kualitas sperma pasngannya.
- Abdominal miomektomi (Laparotomy)3
Selama laparotomi,
operator membuat insisi di dinding abdominal untuk mengeluarkan mioma dari
uterus. Biasanya dibutuhkan waktu sekitar empat hingga enam minggu untuk
pemulihan sempurna. Jika miomektomi yang dilakukan luas, kehamilan berikutnya
mungkin membutuhkan operasi sectio cesarea untuk menurunkan resiko kemungkinan
terjadinya ruptur uteri selama persalinan. Dua resiko utama miomektomi adalah
kehilangan darah hebat dan perlengketan atau pembentukan jaringan ikat yang
bisa menggangu fertilitas kedepan. Sangat jarang perlu dilakukan histerektomi
untuk menghentikan perdarahan. Jika operator memutuskan untuk melakukan
miomektomi sebagai pilihan terbaik, terdapat faktor resiko yang perlu
dipertimbangkan. Sebagai contoh, adanya kemungkinan muncul mioma yang baru dan
membutuhkan tindakan operatif lagi. Adhesi pada pelvis bisa mempengaruhi tuba
dan ovarium sehingga akan mengganggu infertilitas.4
- Histeroskopi miomektomi
Mioma submukosa
yang terletak dalam kavitas uteri bisa diambil dengan tindakan operatif
histeroskopi. Dalam prosedur ini, operator memasukkan histeroskopi melalui
cervix dan mengisi uterus dengan cairan untuk memperluas dinding. Instrumen
operatif dimasukkan melalui tempat yang telah teredia pada histeroskop untuk
mengankat nioma submukosa. Secara umum pasien bisa kembali melakukan aktivitas
normal mereka dalam dua hari setelah histeroskopi. Komplikasi serius berupa
timbulnya jaringan parut pada uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan
perdarahan, namun hal ini jarang terjadi.
- Embolisasi arteri Uterina
Embolisasi arteri
uterina merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh radiologis dan melibatkan
injeksi partikel kecil ke dalam pembuluh darah uterina. Partikel ini akan
menyumbat pembuluh darah kecil yang menyuplai mioma. Menghentikan suplai darah
akan menyebabkan degenerasi mioma. Pasien akan merasakan nyeri selama beberapa
hari. Mioma akan menyusut sekitar 40-50% dan sebagian besar pasien akan
mengalami perbaikan gejala klinis. Oleh karena prosedur ini hanya tersedia pada
awal 1990, informasi mengenai keuntungan dan efek samping jangka panjangnya
sangat terbatas. Saat ini tidak banyak diketahui bagaimana efek embolisasi
arteri pada fertilitas dan kehamilan berikutnya.
- Histerektomi
Sekitar setengah
dari seluruh histerektomi dilakukan untuk menangani mioma uteri. Jika pasien
memiliki gejala klinis mioma dan tidak lagi menginnginkan kehamilan,
histerektomi atau pengangkatan operatif merupakan tindakan yang disarankan. Ada
tiga cara yang dapat dilakukan untuk melakukan histerektomi, yakni secara
abdominal, vaginal, dan pada beberapa kasus laparoskopi. Masa penyembuhan
biasanya memakan waktu dua hingga enam minggu. Sangat penting untuk
mendiskusikan dengan pasien mengenai efek setelah histerektomi, antara lain
menyangkut masalah seksualitas, efek psikologi, dan konsekuensi medis. Jika
ovarium diangkat pada saat histerektomi, diskusi mengenai menopause dengan
pasien perlu dilakukan.3
- Prosedur alternatif
Teknik baru
seperti cryomyolysis, myoma coagulation, dan endometrial ablation dari mioma
telah dilaporkan tanpa evaluasi resiko dan hasil yang signifikan. Hingga
informasi yang lengkap tersedia, pendekatan seperti ini tidak disarankan
sebagai penatalaksanaan standard pada wanita yang ingin mempertahankan fertilitasnya.
2.11Komplikasi
a. Torsi. Subserosum pedunculated myoma dapat mengalami rotasi pada
perlekatannya dengan uterus, sehingga vena mengalami oklusi dan tumor dipenuhi
oleh darah. Nyeri abdomen yang berat sering dijumpai dan memerlukan tindakan
operatif secepatnya. Sangat jarang terjadi, tumor mendapatkan suplai darah dari
perlekatannya dengan organ di dekatnya dan akhirnya melekat pada organ tersebut,
yang disebut wandering fibroid atau parasitic fibroid.
b. Inversi.
c. Perdarahan kapsular. Jika vena
besar pada permukaan tumor pecah, perdarahan intraperitonial yang profuse dapat
menyebabkan syok hemoragik akut.
d. Infeksi. Infeksi dapat terjadi
jika massa tumor keluar dari kavum uteri dan kontak dengan vagina yang dapat
menyebabkan perdarahan postpartum atau sepsis, sehingga harus segera dioperasi.
e. Associated endometrium carcinoma. Ca endometrium dihubungkan
dengan fibromioma pada wanita dengan umur diatas 40 tahun yang didapatkan pada
3% kasus.
f. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi
leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,65% dari seluruh mioma; serta merupakan
50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang
mioma dalam menopause.
2.12
Prognosis
Histerektomi
dengan pengangkatan seluruh mioma bersifat kuratif. Pada miomektomi, uterus dan cavitasnya dapat
kembali ke bentuk yang normal. Satu hal yang penting diperhatikan adalah adanya
resiko rekuren setelah miomektomi. Penelitian menunjukkan adanya insiden
sekitar 2-3% pertahun dari symptomatic
myoma setelah miomektomi.3
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : NKS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Status Nikah : Menikah
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Sudarmala, Bebalang, Bangli
MRS : 16 Februari 2009
Tanggal Operasi : 17 Februari 2009
Tanggal pemeriksaan : 18 Februari 2009
3.2Anamnesa
Keluhan Utama
Sakit perut terutama pada saat menstruasi
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien datang mengeluh sakit perut sejak 2 bulan yang lalu. Sakit perut dirasakan
memberat pada
saat menstruasi.
Pada awalnya sakit perut tidak begitu berat sehingga pasien tidak terlalu mempermasalahkannya dan
berpikir sakit tersebut akan hilang dengan
sendirinya. Namun sejak
seminggu lalu semakin
lama sakit perut yang
dirasakan semakin memberat apalagi pada saat pasien menstruasi, sampai mengganggu aktivitasnya. Sakit saat menstruasi seperti ini tidak pernah dialami sebelumnya. Pasien mengatakan sejak gadis siklus menstruasi teratur (30 hari) akan tetapi menstruasi
yang dialami lama dan jumlah darah yang keluar sangat banyak. Pasien juga
mengatakan menstruasi bisa berlangsung sampai 8 hari dengan mengganti pembalut
setiap harinya sampai 8 kali. Karena merasa
sakit perut yang dirasakan semakin memberat maka pasien memeriksakan diri ke Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Bangli. Pasien belum pernah memeriksakan diri atau
melakukan USG sehubungan dengan keluhannya ini. BAB/ BAK dikatakan normal,
makan/ minum juga dikatakan normal. Keluhan penurunan berat badan disangkal.
Riwayat Menstruasi : Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur
Lama : 8 hari
HPHT
: 6-2-2009
Riwayat Hamil : 1. ♂, 23 th, 3100gr, spt, RS
2. ♀, 19 th, 2900gr, spt, RS
Riwayat Pernikahan :
Menikah 1 kali ~ 24 tahun
Riwayat Kontrasepsi :
IUD
Riwayat Penyakit
Terdahulu : Asma Ó¨, DM Ó¨, hipertensi Ó¨,
jantungÓ¨
Riwayat alergi obat : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Pasien tidak pernah berobat sebelumnya
Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang
serupa sebelumnya
Riwayat Keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa.
Riwayat sosial
: Pasien bekerja sebagai seorang PNS.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
TD : 110/70 mmHg RR :
20 X/mnt
N : 80 X/mnt TB/BB :
158 cm / 60 kg
tax : 36,80 C
Status General
Keadaan
umum : Sedang
Mata : Anemia +/+, ikterus -/-
Thorax
Jantung : S1 S2 tunggal
reguler, murmur Ó¨
Paru : Vesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
Abdomen : ~ St. obst.
Ekstremitas : Edema - / - , refleks patella +/+
- / -
Status Obstetri
Abdomen
:
·
FUT : 3 jari bawah pusat
·
Teraba masa padat, permukaan rata,
nyeri (-), mobilisasi terbatas
·
Tanda cairan bebas (-)
Inspekulo :
·
Fluksus (+), fluor (-)
·
Pembukaan (-)
·
Sondase 12 cm
VT (16 Feb 2009) :
·
Fluksus (+), fluor (-)
·
Pembukaan (-), licin
·
CUAF b/c ~ 16-18 minggu
·
APCD taa
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (16 Feb 2009)
Hb :
10,6 g/dl WBC : 12,6 103/mm3
PLT :
310 103/mm3 RBC : 4,9 106/mm3
HCT :
24,2 % CT : 8 menit
BT :
3 menit
Tes Kehamilan : negatif
3.5 Diagnosis Banding
·
Mioma Uteri
·
Tumor padat ovarium
·
Kehamilan
3.6 Diagnosis Kerja
Mioma Uteri
3.7 Penatalaksanaan
Pdx :
USG Abdomen
Tx :
- Perbaikan KU
- Usul histerektomi
Mx : Obs. Pre Op
KIE : Pasien dan keluarga
3.8 Perkembangan pasien selama rawat inap pre operasi:
Hari Pertama: Senin,16 Februari
2009
S : Sakit perut +
O : St. Present
TD: 110/70mmHg N: 84 X/mnt R: 20 X/mnt tax: 36,50 C
St. General
Mata: Anemia -/-, Ikterus -/-
Thoraks:
Co/po dbn
St. Obstetri
Abdomen:
·
FUT : 3 jari bawah pusat
·
Teraba masa padat, permukaan rata,
nyeri (-), mobilisasi terbatas
·
Tanda cairan bebas (-)
VT :
·
Fluksus (+), fluor (-)
·
Pembukaan (-), licin
A :
mioma uteri
P : Pdx : -
Tx :
Cefotaxim 2 gram
Pasang Dower Catheter
Mx :
Observasi tanda vital, keluhan
KIE
Hari Kedua: Selasa,17 Februari
2009
S : Sakit perut +
O : St. Present
TD:
110/70mmHg N: 84 X/mnt R: 20 X/mnt tax: 36,50 C
St.
General
Mata: Anemia -/-, Ikterus -/-
Thoraks: Co/po dbn
St. Obstetri
Abdomen:
·
FUT : 3 jari bawah pusat
·
Teraba masa padat, permukaan rata,
nyeri (-), mobilisasi terbatas
·
Tanda cairan bebas (-)
VT :
·
Fluksus (+), fluor (-)
·
Pembukaan (-), licin
A :
mioma uteri
P : Pdx : -
Tx :
Cefotaxim 2 gram
Pasang Dower Catheter
Siapkan tranfusi PRC 2 kolf
Persiapan
operasi
Mx :
Observasi tanda vital, keluhan
3.9 Laporan Perjalanan Operasi (Selasa, 17 Februari 2009)
Pk. 07.00 Evaluasi sebelum ke OK
Keluhan
subyektif Ó¨
TD
= 120/80 N = 84 R=20
à kirim ke OK
Pk. 11.00 1. Pasien tidur terlentang dengan
BSA
2. Bersihkan lapangan operasi
dengan betadine dan dipersempit dengan
duk steril
3. Insisi mediana menembus kutis,
subkutis, fascia, otot, peritoneum
4.
Tampak mioma uteri sebesar 10x10x10 cm
5.
Dilakukan TAH SOD→ Rawat pendarahan
6.
Evalusi pendarahan –
7.
Jahit luka operasi lapis demi lapis
8.
Tutup luka operasi.
12.00 Operasi
selesai
Assasement
: Post TAH SOD e.c Mioma uteri hari 0
Hari ketiga: Rabu, 18 Februari
2009
S : nyeri
pada luka post op
O : St.
Present
TD : 120/80 mmHg
N : 84 X/mnt R : 20 X/mnt tax : 370 C
St. General
Mata: Anemia -/-
Thoraks: Co/po dbn
St. Obstetri
Abd : F Ut tidak teraba
Luka operasi terawat baik
Vag : Perdarahan minimal
Ass : Post TAH SOD e.c Mioma
uteri intramural hari 1
P :
Pdx : -
Tx :
IVFD 20 tts/mnt
Cefotaxim 3x1gram
Metronidazole 3x1 gram
Vitamin B 2x1
Mobilisasi
Kaltropen supp 2x1
Mx :
Observasi vital sign, keluhan
KIE :
Mobilisasi dini
Hari keempat : Kamis, 19 Februari 2009
S : nyeri luka post op sudah berkurang
O : St. Present
TD:
110/70mmHg N: 84 X/mnt R: 20 X/mnt tax: 370 C
St. General
Mata: Anemia -/-
Thoraks: Co/po dbn
St.
Obstetri
Abd : F Ut tidak teraba
Luka
operasi terawat baik
Vag : Perdarahan (-)
A : post TAH SOD
e.c mioma uteri intramural hari II
P : Pdx : -
Tx : Ciprofloxacin 3x500mg
Asam Mefenamat 3x500mg
Vit B Compleks 2x1
Aff DC
Mobilisasi
Diet TKTP
Mx :
Observasi tanda vital, keluhan, produksi urine, aff Dower Catheter
KIE : Mobilisasi dini
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien mengeluhkan nyeri pada perut sejak 2 bulan lalu, dan memberat saat menstruasi yang tidak
pernah dialami pada menstruasi terdahulu. Nyeri terasa sangat berat hingga
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-harinya. Nyeri pada saat
menstruasi ini mulai dirasakan sejak 2 bulan lalu dan mulai memberat sejak
seminggu lalu. Pasien memiliki riwayat menstruasi yang teratur namun dengan
frekuensi yang panjang dan volume yang banyak. Menstruasi terakhir pasien
adalah tanggal 6 Februari 2009. Dilihat dari segi usia, pasien berumur 43
tahun, di mana usia ini tergolong usia reproduktif. Dari anamnesis diketahui
bahwa pasien mengalami perdarahan menstruasi yang tidak normal disertai rasa
nyeri yang hebat, namun siklus menstruasi teratur dengan frekuensi dan volume
yang lebih banyak, serta usia pasien yang merupakan usia di mana seorang wanita
beresiko mengalami mioma uteri, maka dapat dipikirkan bahwa kemungkinan pasien
ini mengalami mioma uteri. Untuk menegakkan diagnosis pastinya dilakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang.
Dari
pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tergolong sedang. Tidak terlihat tanda anemis.
Dari palpasi abdomen diketahui tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat,
teraba adanya masa padat permukaan rata, tidak ada nyeri tekan serta mobilisasi
terbatas. Hal-hal tersebut di atas mencerminkan suatu mioma. Adanya pembesaran
uterus bisa mencerminkan adanya suatu kehamilan dan adanya massa yang padat
yang teraba bisa juga disebabkan oleh tumor padat dari ovarium. Namun dari
pemeriksaan tes kehamilan di dapatkan hasil negatif sehingga diagnosis banding
kehamilan dapat disingkirkan. Saat dilakukan pemeriksaan sondase didapatkan
sondase memanjang yakni 12 cm, hal ini menunjukkan bahwa permukaan kavum uteri
mengalami perluasan dan dari pemeriksaan bimanual saat uterus digoyangkan,
cervix juga terasa bergoyang sehingga diagnosis banding tumor padat ovarium
juga dapat dieliminasi.
Diagnosa mioma
sendiri juga dipertegas dengan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yakni USG,
dimana pada pemeriksaan dengan USG ini didapatkan hasil : Blast penuh, dinding
rata, tumor (-), uterus membesar, Hipochoik homogen, whorl like appearance (+) dengan kesan Mioma uteri.
Pada pasien ini,
tindakan penanganan yang diambil adalah tindakan operatif. sebelum dilakukan
tindakan operatif, pasien dipersiapkan sebelumnya. Saat dilakukan informed consent bahwa
kemungkinan rahimnya harus diangkat pasien setuju dengan pertimbangan bahwa
pasien sudah mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan serta pasien
tidak ingin merasa sakit terus menerus. Selain itu juga untuk menghilangkan
mioma secara permanen dan mencegah timbulnya resiko kekambuhan penyakit. Pada
saat dilakukan operasi, diputuskan untuk melakukan Transabdominal Histerectomy
dan Salfingo Overectomy Dekstra. Setelah uterus diangkat dan dibelah, tampak
massa whorl like appearance. Mioma uteri
pada pasien ini merupakan mioma uteri intramural.
Penanganan
post-op, dilakukan pemeriksaan laboratorium yakni cek Darah Lengkap (DL) yang bertujuan
untuk mengetahui kadar Hb, tingkat kehilangan darah, dan keadekuatan
penggantian. Cefotaxim dan metronidazole untuk mencegah infeksi sekunder. Selain
itu juga dilakukan monitoring keluhan dan vital
sign pasien, serta KIE terhadap keluarga dan pasien sendiri.
BAB 5
KESIMPULAN
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang
terdiri dari otot polos dan jaringan ikat fibrus. Merupakan struktur yang
padat, memiliki pseudokapsul, dan membentuk nodul kecil maupun besar yang dapat
diraba pada dinding otot uterus. Insiden tertinggi dari mioma ini dijumpai pada wanita
usia reproduksi antara 30-45 tahun. 1,3 Penyebab pasti dari
terjadinya mioma uterus sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, namun
diketahui bahwa mioma uteri bersifat estrogen dependent.
Berdasarkan lokasinya pada
uterus, mioma dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni : mioma
intramural/interstisial, mioma submukosum, mioma subserosum. Gejala dari mioma
bervariasi tergantung dari ukuran, jumlah, dan lokasinya. Kebanyakan wanita
dengan mioma bersifat asimtomatis. Adapun gejala yang mungkin timbul antara
lain perdarahan uterus abnormal, nyeri, tekanan seperti rasa berat pada pelvik
atau gejala tekanan pada struktur-struktur disekitarnya, gangguan reproduksi, dan kelainan berhubungan dengan kehamilan
yaitu mioma uteri pada 0,3%-7,2% kehamilan biasanya muncul sebelum konsepsi dan
dapat meningkat ukurannya selama gestasi.1,4
Diagnosis mioma uteri dapat
ditegakkan 95% dari hasil pemeriksaan
fisik. Ukuran uterus diukur sesuai dengan ukuran gestasi dan ditentukan dengan
pemeriksaan abdomen dan pelvik. Pemeriksaan lainnya yang menunjang diagnosis
mioma uteri adalah pemeriksaan hemoglobin/hematokrit, profil koagulasi dan
waktu perdarahan biopsi endometrium, dan evaluasi kavitas endometrium dengan
hysteroscopy atau hydrosalfingografi bisa digunakan pada pasien dengan mioma
uteri dan infertilitas atau abortus berulang.
Tidak semua mioma uteri
memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist
(GnRHa) selama 16 minggu. Pengobatan operatif melalui miomektomi dan histerektomi.
Radioterapi dilakukan agar ovarium tidak berfungsi lagi.7
Pada kasus di atas penderita berumur 43
tahun. Penegakkan diagnosis mioma uteri didasarkan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik di mana didapatkan tanda-tanda serta gejala yang sesuai dengan
mioma uteri. Dari
hasil anamnesis usia pasien masih tergolong usia reproduktif dan merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya mioma uteri. Kemudian dari keluhan utama
pasien saat datang yaitu nyeri pada saat menstruasi dan didapat keterangan
mengenai siklus menstruasi pasien dengan frekuensi panjang dan volume banyak,
yang mana hal ini sesuai dengan salah satu gejala mioma yaitu perdarahan yang
berlebih selama periode menstruasi (menorrhagia). Kemudian dari riwayat
persalinan, pasien pernah hamil sebanyak 2 kali (multipara) dimana multipara
ini juga termasuk salah satu faktor resiko mioma. Pemeriksaan fisik dan
penunjang yang dilakukan mendukung diagnosis mioma uteri. Pada pasien ini
dilakukan tindakan operatif Transabdominal Histerectomy dan Salfingooverectomy
Dekstra.
DAFTAR PUSTAKA
- Beck, W.W. NMS Obstetri and Gynaecology. 4th Ed. The Williams & Wilkins, 1997; 30: 339 - 345
- Campbell, S., Monga, A. Gynaecology by 10 Teachers. 17th Ed. P: 115 - 117
- American society for reproductive medicine (ASRM). Uterine fibroid. Available at : http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/uterine_fibroids.pdf Last update 2003 (Accessed : June 1, 2007)
- Chelmow, David. Gynecologic myomectomy. Available at : http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm Last update: May 9, 2005 (Accessed : June 1, 2007)
- DeCherney, A.H., Nathan, L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P: 693 - 699
- Howkin’s & Bourne. Shaw’s Textbook of Gynaecology. 12th Ed. New Delhi: B. I. Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
- Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principles of Practice. McGraw-Hill, 2001; P: 1151 – 1172
- Novak & Novak. Textbook of Gynaecology. 5th Ed. The Williams & Wilkins Company, 1956; P: 341 - 359
- Hanifa, W. Tumor Jinak Pada Alat Genital dalam Ilmu Kandungan. Edisi III, Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;338-345
- American society for reproductive medicine (ASRM). Abnormal Uterine Bleeding. Available at : http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/abnormalbleeding.pdf (Accessed : June 1, 2007)
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Mioma Uteri. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://theherijournals.blogspot.com/2013/01/mioma-uteri_30.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - 6/30/2013
Terima kasih mbak makalahnya , sangat bermanfaat sekali ..
BalasHapusbtw salam kenal
http://www.tanyadok.com/kesehatan/mengenal-mioma-uteri-lebih-jauh
makasih mas infonya
BalasHapus