“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kutulis dengan harapan agar kau mengurungkan rindumu.
Engkau, Wahai wanita sholehah,
yang bidadari pun mencemburui akhlakmu.
Kuharap jangan menantiku, sebab ku takkan pernah menjanjikan kata pujangga indah dalam penantianmu. Sebab ku tiada menginginkan dirimu merasakan beratnya rasa penantian yang kadang terasa amat panjang, dan tak jarang di akhir penantian ternyata menyakitkan.
Afwan yaa ukhti, mungkin selama ini kau menganggapku acuh. Tak pernah memperhatikan dan selalu mendiamkanmu. Namun bagiku kau adalah wanita terhormat yang tak pantas untuk ku rayu.
Ukhti, siapa tahu diriku bukanlah jodohmu, mungkin kelak kau kan dipertemukan dengan yang lebih baik, mungkin harus kau sadari kematianku tak lelah menantiku. Mungkin benarlah, ku harus memikirkan kematianku dua kali sebelum menggenapkan setengah dienku.
Yaa Rabb kupahami benar, tekadku mencintai-MU dengan tulus ini kan buatku menemukan labuhan hatiku. Aamiin.
Hikmahi setiap kata ini perlahan dan bila hal ini terlalu berat kau terima. Kuatkan imanmu wahai saudariku, dan lembutkan hatimu. Sebab dirimu takkan pernah mendapati diriku kan berlaku manis, memberi harapan apalagi memintamu menungguku. Tidak! Aku bukanlah pria seperti itu dan kau adalah wanita terhormat yang tak bisa kuperlakukan seperti itu. Hari berganti hari dan ku kan berlalu menganggapmu tak nampak bagiku. Ku kan memintamu menundukkan pandanganmu, hingga nanti datang padamu seorang yang jua tlah kau nantikan di batas waktu. Dan saat itulah kan terjawab semua rahasia cinta-NYA padamu.
Demi Allah ukhti, kuhanya pemuda biasa dengan keterbatasan dan banyak sekali kekurangan.
Jika sedikit ilmu kumiliki yang buatmu menungguku, jika fisik tak sempurna dan kelebihan sebesar debu ini yang buatmu memilihku kini. Maka kumohon, diriku bukanlah siapa-siapa yang pantas kau cintai melainkan hanya Allah.
Ku tak ingin kau tenggelam dalam cinta menggebu-gebu padaku. Ku khawatir ukhti, takut sebenarnya syetan kini tlah meniupkan syahwat dalam hatimu. Hingga kau habiskan hari-harimu dengan memikirkan yang tak pasti dan menunggu. Astaghfirullah. Mengapa kau tak habiskan masa mudamu dengan cinta yang sempurna pada Rabb-MU? Yang mencintai-MU setiap saat, yang tetap mencintaimu meski kau berpaling pada-NYA. DIA yang tetap mengingatkan kesalahanmu dan tak pernah mengurangi nikmat-NYA padamu. Bahkan kau diminta bersyukur semata-mata agar IA pun dapat menambahkan nikmat-NYA lagi kepadamu. Mungkin aku takkan bisa sesempurna cinta-NYA dalam mencintaimu. Dan sesungguhnya dirimu mendapatkan keutamaan yang nyata.
Dan. Cintailah diriku sebagaimana dengan saudara-saudaramu yang lain. Dengan kesederhanaan. Saat kau melihat diriku seutuhnya, dengan pekatnya lumpur dosa yang setiap saat membayangiku. Ku tahu kelak kau takkan mencintaiku seperti sekarang.
Ukhti, betapa sederhananya ucap itu dari seorang yang sederhana pula. Dan di lain hikmah ada pula seorang Ali Bin Abi Thalib RA. "Hai Abu Bakar, anda telah membuat hatiku goncang yang semulanya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi Allah, aku memang menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah karena aku tidak mempunyai apa-apa.", ucap seorang Ali kepada sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq. Sebelum Sang Sahabat berhasil menyakinkan ia untuk melamar Siti Fattimah, putri Rasulullah SAW.
Aku mungkin pria bodoh. Mungkin mereka menganggapku seperti dugaan mereka. Mungkin aku tidaklah pintar, sok berlaku syar’I dan mengada-ada. Membiarkan dirimu dalam penantian dan tak mengambil kesempatan atas kegundahanmu. Bimbang. Mungkin kini pun aku merasakan kebimbangan seperti Ali bin Abi Thalib RA. Ukhti, jujur kuakui aku terbujuk. Syetan begitu cepat menggoda imanku, kubenarkan bacaan tartilku dan berwudhu. Yaa Rabb, hamba-MU mudah sekali jatuh dalam perangkap syetan. Jauhkan segera hamba-MU ini dari fitnah hati yang melemahkan.
Kini, kuhanya dapat berpuasa, dan berharap Allah kan melembutkan hatiku.
Maafkan ana ukhti, yang kutahu Allah tlah membuat skenario yang begitu cantik. Teringat sepenggal kisah Putri Rasulullah Fatimah, kesantunannya menolak begitu banyak pinangan atas dirinya, bahkan sosok besar seperti Umar bin Khattab RA. Hingga datanglah Ali bin Abi Thalib RA. Pemuda yang ia pilih kemudian. Pemuda yang ia cintai ternyata sebelum lamaran itu hadir. Sebuah rahasia cinta yang indah menurutku.
Ukhti, kuhanya dapat berpesan dan cintailah DIA yang lebih pantas kau cintai dengan sebenar-benar cinta. Seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diamnya, dan menjaga dirinya dengan melabuhkan cinta abadi hanya kepada Allah. Dan ku slalu berpikir mungkin kisah kita nanti takkan seperti kisah Ali dan Fatimah.
Diriku sedang menjaga hati dan tempaan yang buatku takkan pernah memberi kepastian apalagi komitmen padamu. Dan jadikanlah dirimu pantas untuk sosok orang yang kau cintai. Bila nanti di persimpangan jalan kita bertemu, memang seperti itulah takdir Illahi. Namun bila bukan, kuyakin saat itulah kau kan merasakan begitu manisnya buah keimanan yang kau tanam selama ini, mendapati pemuda yang menjadi jodohmu.
Selebihnya, ku tetapkan niat. Bahwa ku tak lebih dari seorang pemuda yang mencintai seseorang karena Allah SWT semata dan ingin menggenapkan setengah dien karna mencintai-NYA. “Ahabbakalladzi ahbabtanillah”. Insya Allah semoga dirimu berkenan.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
ditulis malam-malam saat menyibukkan diri di Bagian/SMF Anestesi dan Reanimasi. Banyak kegundahan dari mulai bakti sosial, digadang-gadang buat nambah amanah, persiapan FIMA Camp, rabthul amm, ternyata mimpi pergi ke turki tak seindah da'wah ini... semoga dapat dijadikan perenungan ..
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul "Ahabbakalladzi ahbabtanillah ukhti???", akhirnya kami para ikhwan pun gundah - menurut saya. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://theherijournals.blogspot.com/2013/02/ahabbakalladzi-ahbabtanillah-ukhti.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - 2/06/2013
Belum ada komentar untuk ""Ahabbakalladzi ahbabtanillah ukhti???", akhirnya kami para ikhwan pun gundah - menurut saya"
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini :)