bagiku awal kehidupanku sesungguhnya adalah akhir yang tertunda untuk proses yang kini kujalani,seumpama, matahari tetap pada porosnya,siang menggantikan malam, dan terjadi bergantian,
akan terus seperti itu,
tetapi di duniaku, cerita berlanjut bak sandiwara yang diperankan tanpa alur,kadang maju,mundur,naik-turun,hanya skenario sekehendakku,khilaf ataukah lalai?kuanggap lalai,setidaknya,sebagai manusia hanya itu alasan yang kumiliki,
yang sering terlupa mengingat sakitnya mati,
sadar mungkin baru kujamah, dan terlambat,saat nyawaku ditarik paksa nanti, kubayangkan begitu remuk ngilunya kemunafikan yang mendarah daging dalam nadi ini,karena ingkar tiada berkesudahan,karena dahsyatnya perih,hingga mataku membelalak menahan pedih,
ya Allah mudahkanlah sakaratul mautku kelak,meski tiada patut hambamu yang nista ini meminta,nistanya hamba yang bahkan tiada pantas mencium jemari tuannya,
astaghfirullah,
sejenak nyaliku nampak gentar, karena jahannam panasnya bukan api merah yang membakar,bukan terang yang Allah ciptakan,namun api pekat bercampur nanah,membakar batu-batu dan dagingku,
sketsa ini kuanggap belum lengkap,
alam barzah berbatas tanah dunia bersaksi,
mereka orang-orang yang kukenal,keluargaku kelak,membawa kerandaku,
selepas beberapa meter pelepasanku,akhlakku dipertanggungjawabkan,hanya amal yang kini dekap temaniku,begitu terang melapangkan rumahku nanti,
meski tiada menutup kemungkinan berbalik sempit,dengan malaikat yang membawa gada-gada raksasanya,
hanta sekejapkah siksa kuburku nanti?
astaghfirullah,hingga qiamat menjelang,berkumpul mesra dengan matahari yang hanya sejengkal di atas ubun-ubunku,
"istighfar akhi, bagaimana kau masih dapat tersenyum hari ini?sedang kau terlalu sibuk menyiapkan duniamu!"
payung amalku, bahkan tak lebih besar dari hidungku,pintu pertama yang kutapaki kelak,
sesungguhnya adalah pintu berhiaskan penyesalan,
astaghfirullah,
kini barulah kurindu diriMu,ditempat penantian ini,menunggu hari, hingga mizan menetapkan kecondongan timbangannya,
dan nampak biasa meski latarnya adalah jannati na'im yang kudamba,
astaghfirullah,mungkin bukan salah ikrar yang tuntas, bila pertalian ini menjadi jelas,
hanya kecintaan ini yang tersisa, bila Allah masih mau menerimanya,
memberangus nafsu adalah tema besar dari panggung yang sebenarnya,
derap bergegas meraih amalan menjadi sejuk yang melegakan,
bagai embun, nyesss, menyejukkan qalbu,
adakah nikmat lain seindah ini?
adakah??
adakah???
kenapa harus ragu????
jawablah "ada"!
sungai yang mengalir pelan melegakan, segar, sejuk, berujung suka,dan makanan mengenyangkan yang menggiurkan, nikmat, lezat, tiada habis berbenih,
baiti jannatillah, dengan 7 bidadarinya,ainul mardhiyah,
mungkin salah kata,pasti hanya keterbatasan ini yang nyata,
dan biarkan amalan menjadi pengantar, menjadi lega, menjadi mahakarya,bahwa hidupku di hari ini, mengharap syafaat di hari esok,menjadi rutinitas berbuah manis bila kukerjakan tanpa pamrih,
bukan surga, tapi keimanan,
ketaqwaan yang diasah karna kebaikan yang diperlombakan dengan sepenuh hati,untuk menyenangkan ruh yang selalu haus ini,wallahu, warasulillah,
karena khilaf yang selalu kutabung,
izinkan menjadi motivasi diri setiap kali mengingatnya,
izinkan menjadi bekal tuk orang-orang yang merindu diri-Mu,
dengan anugerah jundiy-jundiy yang istiqomah di jalan-Mu,
amiin, ya Allah,hanya kepadamu kumerindu orang-orang yang mengagumimu,
akan terus seperti itu,
tetapi di duniaku, cerita berlanjut bak sandiwara yang diperankan tanpa alur,kadang maju,mundur,naik-turun,hanya skenario sekehendakku,khilaf ataukah lalai?kuanggap lalai,setidaknya,sebagai manusia hanya itu alasan yang kumiliki,
yang sering terlupa mengingat sakitnya mati,
sadar mungkin baru kujamah, dan terlambat,saat nyawaku ditarik paksa nanti, kubayangkan begitu remuk ngilunya kemunafikan yang mendarah daging dalam nadi ini,karena ingkar tiada berkesudahan,karena dahsyatnya perih,hingga mataku membelalak menahan pedih,
ya Allah mudahkanlah sakaratul mautku kelak,meski tiada patut hambamu yang nista ini meminta,nistanya hamba yang bahkan tiada pantas mencium jemari tuannya,
astaghfirullah,
sejenak nyaliku nampak gentar, karena jahannam panasnya bukan api merah yang membakar,bukan terang yang Allah ciptakan,namun api pekat bercampur nanah,membakar batu-batu dan dagingku,
sketsa ini kuanggap belum lengkap,
alam barzah berbatas tanah dunia bersaksi,
mereka orang-orang yang kukenal,keluargaku kelak,membawa kerandaku,
selepas beberapa meter pelepasanku,akhlakku dipertanggungjawabkan,hanya amal yang kini dekap temaniku,begitu terang melapangkan rumahku nanti,
meski tiada menutup kemungkinan berbalik sempit,dengan malaikat yang membawa gada-gada raksasanya,
hanta sekejapkah siksa kuburku nanti?
astaghfirullah,hingga qiamat menjelang,berkumpul mesra dengan matahari yang hanya sejengkal di atas ubun-ubunku,
"istighfar akhi, bagaimana kau masih dapat tersenyum hari ini?sedang kau terlalu sibuk menyiapkan duniamu!"
payung amalku, bahkan tak lebih besar dari hidungku,pintu pertama yang kutapaki kelak,
sesungguhnya adalah pintu berhiaskan penyesalan,
astaghfirullah,
kini barulah kurindu diriMu,ditempat penantian ini,menunggu hari, hingga mizan menetapkan kecondongan timbangannya,
dan nampak biasa meski latarnya adalah jannati na'im yang kudamba,
astaghfirullah,mungkin bukan salah ikrar yang tuntas, bila pertalian ini menjadi jelas,
hanya kecintaan ini yang tersisa, bila Allah masih mau menerimanya,
memberangus nafsu adalah tema besar dari panggung yang sebenarnya,
derap bergegas meraih amalan menjadi sejuk yang melegakan,
bagai embun, nyesss, menyejukkan qalbu,
adakah nikmat lain seindah ini?
adakah??
adakah???
kenapa harus ragu????
jawablah "ada"!
sungai yang mengalir pelan melegakan, segar, sejuk, berujung suka,dan makanan mengenyangkan yang menggiurkan, nikmat, lezat, tiada habis berbenih,
baiti jannatillah, dengan 7 bidadarinya,ainul mardhiyah,
mungkin salah kata,pasti hanya keterbatasan ini yang nyata,
dan biarkan amalan menjadi pengantar, menjadi lega, menjadi mahakarya,bahwa hidupku di hari ini, mengharap syafaat di hari esok,menjadi rutinitas berbuah manis bila kukerjakan tanpa pamrih,
bukan surga, tapi keimanan,
ketaqwaan yang diasah karna kebaikan yang diperlombakan dengan sepenuh hati,untuk menyenangkan ruh yang selalu haus ini,wallahu, warasulillah,
karena khilaf yang selalu kutabung,
izinkan menjadi motivasi diri setiap kali mengingatnya,
izinkan menjadi bekal tuk orang-orang yang merindu diri-Mu,
dengan anugerah jundiy-jundiy yang istiqomah di jalan-Mu,
amiin, ya Allah,hanya kepadamu kumerindu orang-orang yang mengagumimu,
Ren
Selasa 3 maret 2009, pukul 21:30 malam hari
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Orat-Oret. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://theherijournals.blogspot.com/2013/01/orat-oret.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - 9/13/2013
Belum ada komentar untuk "Orat-Oret"
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda disini :)