| sebuah blog sederhana |

.
)|( Dimana Inspirasi semua Bermula )|( Faidza Azzamta Fatawakkal Alallah )|( Al Wajaba Aktsaru Minal Auqaat )|( As Shabru Fii Awwali Shadam )|(

Total Pengunjung

10/18/2014

Tersenyumlah

Amanah adalah titipan. Ia bagai air yang menitipkan kehidupan pada bumi. Tidak untuk dimiliki, namun menumbuhkan kehidupan baru. Amanah mungkin juga adalah pemenuhan. Yang dilakukan akar, yang menancapkan dirinya pada sang tanah tuk membuat batangnya tetap tumbuh, akar memenuhi kewajibannya atas batang. Membuatnya berkembang dan memberi kehidupan, yang sesungguhnya pemenuhan itu untuk dirinya (akar itu sendiri). Yaa Ikhwah. Karena amanah adalah kebutuhan iman. Konsekuensi atas sejuk yang mengaliri sendi-sendinya, aliran darahnya, fitrah yang membuat nafasnya menghembuskan udara keshalihan. Dan inilah amanah manusia, saya sebagai laki-laki, pria, suami, calon ayah, atau sebutan-sebutan lainnya nanti.


Ya. Mari kita bersandar sejenak kawan, terkadang rehat dalam rutinitas dilakukan dengan sekedar menulis. Karena pertemuan fisik mungkin tak bisa terjadi. Dalam ruang lapang yang kesemuanya memberikan keberkahan dan harum dakwah. Sebagai seorang yang kelak menjadi pemimpin. Dalam hadits yang menyebutkan. Kullukum ro'i wa kullukum mas'ulun arroiyatihi. Ah. Kita semua sudah kenyang makan pengalaman. Saat itu kita berjalan, belajar memajukan langkah beberapa senti. Hingga akhirnya melewati jalan besar kehidupan. Tapi sekarang, mari kita ta'lim wa ta'lum. Aku belajar darimu, kita mengajari diri.


:)


Bagi saya, ada kalanya seorang laki-laki perlu menyadari perannya. Menyelami setiap butir yang mengaliri relungnya. Akan kodrat yang menjadikannya begitu, sulit dipahami. Seorang yang berkemauan keras, seorang yang ditakdirkan menanggung, memiliki naluri melindungi.


Saat masih kanak-kanak, seorang laki-laki tidak bertanggung jawab atas dosa dirinya. Benar. Namun, seorang anak berkiblat pada ayahnya. Seorang ayah lah yang berperanan mendidik anak-anaknya. Melindungi mereka dari kerasnya dunia, juga menanggung dosa-dosa yang mereka lakukan. Singkat dari perjalanan seorang laki-laki yang belajar melindungi. Ia belajar dari sosok perlindungan yang diajarkan, oleh ayahnya.


Layaknya sampan, ia kan sampai ke tepian dengan arus yang besar. Namun ombak kan menghantamnya dengan keras. Tentu. Atau berlayar dengan arus yang kecil, namun tak mengantarkannya ke pantai manapun. Begitulah analogi anak dan sampan. Didikan yang tepat yang kan mengantarkannya menjadi pribadi yang tepat. Selamat datang di daratan.


Hingga saatnya seorang anak selesai belajar. Dan kini menjadi seorang laki-laki yang baligh. Adalah hulu mengalir dari puncak rambutnya hingga ujung jari kakinya. Seluruh catatan amal dan dosa yang ia miliki mulai tertulis lembar demi lembar. Ia diberi tanggung jawab menjadi tulang punggung izzah dirinya. Atas khilaf pandangan matanya, lisan di bibirnya, hingga dengki di hatinya. Menjaga jasad dan ruh nya dari maksiat yang mendera. Dari fitnah yang menerbitkan shahwat dan dunia yang mengisolir dirinya dari Rabbnya. Yaa Allah. Saat itulah ia mulai menanggung seluruh dosa-dosa atas namanya. Melindungi nafsnya.


Beranjak, karena sunnatullah amanah kan bertambah. Ia kan menjadi seorang pria dan memutuskan menjadi seorang suami. Tanggung jawabnya bertambah. Karena ia mengambil alih pertanggungjawaban wanita yang menjadi istrinya. Wanita yang menjadi pendamping hidupnya. Ia merebut. Dari tangan ayah sang wanita. Atas kealpaan dirinya. Ia pun melanjutkan menanggung dosa-dosa yang dilakukan istrinya. Jadi satu dengan dosa dirinya. Saat itulah iapun melindungi istri-istri yang menjadi tanggungannya. Memasang badan. Atas setiap khilaf yang dilakukan istrinya, sebagai suaminya. Karena itu wahai istri, jagalah suamimu dari maksiat yang paling sering menjadi fitnah bagi lelaki. Mata dan kemaluannya.


Disini kita tetap bersandar, ada bantal yang menjejal punggung kita. Tapi lupakan beban menjadi suami. Karena tingkatnya tidak hanya itu. Hingga ia pun menjadi seorang ayah. Dan bebannya berpangkat. Tak hanya istri, kini ia menanggung dosa anak-anaknya yang belum baligh. "Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yun. waj'alna lil muttaqina imama." Melindungi mereka hingga dewasa. Dan. Dan bayangkan seluruh anak-anaknya kan dipanggil dengan nama ayahnya. Kelak di akhirat. Namanya kan jadi cerminan keturunannya di yaumil hisab. Wahai engkau bin Fulan, dan engkau binti Fulan. Apa saja yang ayahmu sudah ajarkan kepada kalian. Dan disinilah ia (seorang laki-laki) mempertanggung jawabkan seluruh perlindungan yang ia lakukan. Selama hidup di dunia hingga perhitungan yang jeli di akhirat. Tidak perlu dihitung-hitung. Iya. Semuanya.



"Sesungguhnya amanah ini tidaklah berat, tak perlu takut. Ia hanya beban yang ditolak oleh langit, enggan bagi bumi tuk memikulnya, dan gunung-gunung tak kuasa mengembannya..." Tersenyumlah :)



Unknown

Entri Populer

Blog Teman

Komentar Kita