| sebuah blog sederhana |

.
)|( Dimana Inspirasi semua Bermula )|( Faidza Azzamta Fatawakkal Alallah )|( Al Wajaba Aktsaru Minal Auqaat )|( As Shabru Fii Awwali Shadam )|(

Total Pengunjung

6/10/2014

^^ valentine?



Bunga mekar di padang hijau. Luasnya merindu surga bak bidadari yang benar-benar terjebak dalam kehidupan dunia. Bahkan sesungguhnya dunia itu ikhwah, adalah surga bagi orang-orang kafir dan penjaranya orang-orang mukmin - karna rindu redamnya pada pangkuan Illahi. Mereguk nafas terurai dalam sepoi. Hari ini adalah hari valentine. Yaa, itulah hari yang dirayakan tiap tanggal 14 februari. Yang kutahu tentang hari itu bahwa semua muda-mudi saling bersama dan membagi kasih tanpa memperhitungkan lagi mahram dan hizbusy syaitan menyisipkan benih-benih ‘api’nya menggelorakan hati. Memberi hadiah satu sama lain, jalan-jalan bersama, menghabiskan waktu bersama kekasih. Adakah yang lain mereka anggap tiada bersua? Maka sesungguhnya Allah menegur lewat hati yang berdegup kencang. “Ada dua golongan dari penghuni neraka yang Aku tidak sampai melihat mereka yaitu suatu kaum yang menyandang pecut seperti ekor sapi (yang) dipakai untuk memukuli orang-orang dan wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka melenggang bergoyang. Rambutnya ibarat punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga atau mencium harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian sekian.” (HR. Muslim). Yaa ayyuhal ikhwah. Saudaraku seiman yang benar-benar tapaknya dirindu surga. Yang kutahu, indahnya hubungan laki-laki dan perempuan itu telah disucikan Allah lewat mihrab yang menyejukkan hati. Sehingga tiada hal yang dibenci Allah selain lebih baik tertusuk besi yang membara dibanding bersentuhan kulit dengan yang bukan muhrim. Sehingga tiada hal yang lebih menderaskan tasbih ini bagiku. Selain dua orang yang bertemu dan mengikhlaskan perpisahannya semata-mata mengharap ridha Allah, Sang pemilik Arsy’ Yang Agung.

Masih termangu di bangku taman. Terbentang kisah Nabi Yusuf dengan ketulusan akhlaknya menolak ajakan zulaikha. Terkenang masa berbalut kebanggaan seorang pemuda yang ketampanannya mampu meluluhkan hati setiap wanita, namun mantap ia katakan. “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. Kisah yang seakan bercermin terbalik. Saat cinta kepada manusia mengecilkan kedudukan Allah dihati kita. Saat hingar-bingar kejahiliyahan membutakan kenyataan cinta kepadaNya. Meski tidak semuanya, namun sebagian yang lain menjadikan hari valentine sebagai perwujudan semu kasih sayang kepada hal lain. Fatamorgana dalam luasnya sahara kering. Memberi hadiah terlebih untuk orang yang mereka cintai, entah itu ibu, ayah, saudara, sahabat, bahkan kasih sayang terhadap makhluk hidup. “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS. An-Nur:39). Lalu kenapa kita harus merayakan valentine? Adakah eksplanasi historikal yang memperbolehkannya? Amal tanpa ilmu sesungguhnya kesesatan yang nyata. Meminjam alasan ummat yang berselisih jalan wahai saudaraku. Yang kutahu valentine adalah hari yang cerah dan memikat untuk mengekspresikan rasa cinta kepada hal yang dikasihi. Cokelat, boneka merah muda, bunga mawar, dan pernak-pernik valentine lainnya yang turut mewarnai pelangi indah esok hari. VALENTINE. Dalam hening terukir mimpi.

Sejenak terlepas lusuh memandang kilau langit yang meluap-luap. Astaghfirullah. Sepertinya benar, setan begitu lihai merasuki sela-sela kekosongan manusia. Awan bergantung di dinding langit itu serasa berbentuk HATI. Aku terpaku hari ini, khayalku tinggi tuk sekedar memikirkan momen yang dikatakan terindah itu. Duduk terdiam di sudut lapangan dengan hijaunya yang sesekali berdesir bagai menari. Memikirkannya saja seperti jatuh hati ini. Dan kuamati muda-mudi berlari begitu riangnya serasa lupa hari tlah berganti. Sepertinya aku tahu perasaan apa yang tengah menggumpal di hati mereka. Pikiranku masih berkutat dengan apa itu valentine. Nama yang terngiang sambil hendak langkahku bergegas pulang, tak betah kedamaian jiwa ini dirasuki euphoria tak berfaedah. Ingatku dulu ada seorang ikhwah yang menjelaskan singkat tentang makna dirayakannya hari itu. Buatku kaget dan sendawa mengantuk. Ternyata itu adalah hari dihukum matinya seorang pendeta di vatikan. Shock akut waktu mendengarnya. Tak ada kisah cinta sama sekali. Yang mungkin terpikir bak romeo memadu kasih dengan juliet. Yaa Rabb, lalu untuk apa merayakan kebahagiaan di hari kematian orang? Sungguh suatu penghinaan, terlebih bahwa yang mati bukan orang biasa. Tapi, pemuka agama. Kebodohan apa yang mereka lakukan? Bagiku yang saat itu hanya mampu berkaca-kaca melihat keterpurukan ummat dengan kenyataan yang ada, terselip tanya nakal. ”Inikah akal-akalan dagang menggiring dunia Islam dalam ketergantungan tak berdasar?”. Astaghfirullah. Membawa senyum miris. Bagiku inilah hidup yang penuh rekayasa. Dengan pemeran didalamnya yang tak pernah tahu dengan kenyataan yang ada, atau mereka tahu! Hanya saja kebiasaan mengubah mereka menjadi ’sesuatu’ yang berbeda.

Bangkit dari semua tanya dan mengikuti arah kemana kaki terjejak. Sesuatu itu kugambarkan sebagai tipu-daya negara liberal menyebarkan paham kebebasannya untuk mengagungkan dan melebih-lebihkan sesuatu sehingga lupa dengan adanya Dzat Yang Maha Agung. Padahal Allah tiada terlelap tuk mengintai ummatnya setiap hari, jam, menit, detik, bahkan lebih dekat dari yang bisa kita bayangkan. Karna mudah bagiNya menghentikan waktu dengan sekali kun dan fayakun. Namun kita terlalu sibuk dengan seremoni yang tidak ada ajarannya sama sekali dengan agama manapun. Jangan-jangan ini yang namanya hukum alam? Yang kuatlah yang menang. Atau, kitalah yang lemah yang malas berjuang? Sehingga mau dikebiri pemikirannya dengan strategi konsumerisme negara barat. Yaa, kurasa tak lebih baik diri ini. Tahu, tapi tak bisa berbuat banyak. Tanpa terasa, langkah menepi dan usai membayar karcis. Iring-iringan mobil dan sepeda motor yang merayap penuhi jalan serasa mengantar-jagaku pulang menuju kos. Kuamati jalan, di kiri penjual boneka. Di kanan penjual coklat. Dimana-mana riuh menjual bunga.

Sering sekali kita mendengar. Dan banyak yang mengabaikannya. Tentang siapa yang meniru keadaan suatu kaum, maka dia pun termasuk didalamnya? Lalu, sebegitu bangganya kita merayakan kekafiran. Yaa Rabb! Sudah sedemikian tegas isyarat kau suratkan, pertanda rantai perkara yang kau musuhi tuk dikerjakan. Namun, tak banyak yang membuka hati tuk tergiur mengecap ridha dan syafaat RasulMu. Pekerjaan mereka memang halal. Namun di mataku tak nampak ciri sebagai pejuang.

Kelam itu tenggelam berpekat niat yang tiada lagi suci. Titik-titik jari semakin menagih tanpa pernah mau berhenti. Berharap mampuku mengurai kebenaran yang tertumpu tinggi di dalam hati. Hanya ada kecintaan yang hakiki dan kecintaan yang berakhir bakti. Di dunia ini tak ada yang pasti selain Allah itu sendiri. Semua berasal dariNya. Semua berakhir karnaNya. Sesungguhnya bila dipikir-pikir lagi. Tak ada alasan kita hidup kecuali untukNya. Maka jauhilah perkara yang dibencinya. Dakwah ini terlalu indah! Sembari teringat 3 (tiga) dari 7 (tujuh) wasiat Rasulullah kepada Abu Dzar dalam riwayat Ahmad. Aku diperintahkan agar memperbanyak ucapan La haula walaa quwwata illa billah, aku diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah.

Yaa ayyuhal ikhwah pintu itu semakin mendekat. Dalam langkahku tak lagi asing melaluinya. Meski kesulitan itu masih terasa lekat. Kembali ke peraduan dan kurasa dalam hangatNya mendekapku rapat. Yang terasa hanya ketenangan. Hari ini sungguh kulalui waktu tanpa berat. Cukuplah waktu kulalui dengan berpuasa, selemah-lemahnya pemuda yang tiada mampu menahan syahwatnya. Cukup di hari yang dhaif ini kulewati sendiri – tanpa kekasih, tanpa wanita yang diharamkan senyumnya untuk kumiliki. Berdakwah penuh mahabbah. Hentiku di balik pintu kos. Di hari yang indah ini. Bukan karna kebahagiaan semu. Kebahagiaan yang justru kehadirannya menimbulkan banyak kasus kriminal dan perzinaan atas nama ‘cinta’. Tapi, ingatanku memutar kembali kepingan kata-kata penuh ghirah seorang pemuda. “akhi, antum tahu kenapa sampai sekarang ana belum pernah pacaran?”. “kenapa akh?”, tanyaku penuh keheranan. Disaksikan malam dengan meganya merayu bak kembang menguntai. Angin pun seolah berdesir lembut. Senyumnya berkata tanpa beban dan teralir begitu rupa, “itu karna Allah masih sayang dengan ana”, tukasnya bercerita.

Dan kilau pelita pun menyambut ramah.
Yaa Rabb ya tuhanku, aku melihat kupu-kupu.
Hempasannya mendayu hendak menyapu.
Mengitari bunga-bunga taman.
Namun ditinggalnya jauh.
Menuju rimba.
Meminang setangkai bunga terjaga.




Selesai tanggal 14 februari 2010,
pukul 13.50 WITA di kos akh agung..
kutulis dengan segala keterbatasan...
untuk saudara-saudariku tersayang.
ikhwanJAYUS
Unknown

Entri Populer

Komentar Kita